Pemerintah Kabupaten (Pemkab)Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), menyiapkan strategi untuk menggerakkan pembangunan ekonomi masyarakat berbasis budaya di daerah ini.
“Saat ini kami sedang menyiapkan dokumen terkait strategi pemajuan kebudayaan daerah, ini banyak kaitannya dengan rencana kami membangun kebudayaan yang bisa memberikan dampak baik kepada ekonomi masyarakat,” kata Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangka Barat Bambang Haryo Suseno, di Mentok, Selasa.
Dalam lima bulan terakhir, tim Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangka Barat melakukan kegiatan pendataan ulang berbagai objek pemajuan kebudayaan yang dihimpun dari seluruh desa dan kelurahan.
Objek pemajuan kebudayaan tersebut diklasifikasikan menjadi 10 objek, meliputi tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat dan olahraga rakyat.
“Jumlah keseluruhan objek pemajuan kebudayaan ini sekitar 920 objek, dan 290 di antaranya adalah kuliner, baik itu jenis kue, makanan, minuman, lauk pauk, resep bumbu, maupun jamu, yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,” katanya pula.
Selain kuliner, potensi objek budaya yang bisa diolah dan dimanfaatkan melalui industri kreatif juga cukup banyak, misalnya motif tenun, cerita rakyat, permainan tradisional, olahraga tradisional, dan lainnya.
“Kami sedang mengumpulkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan objek tersebut dan kita coba menyusun sebuah strategi untuk melakukan perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan terhadap objek-objek kebudayaan tersebut,” katanya lagi.
Setelah berbagai permasalahan, baik itu permasalahan sarana dan prasarana maupun sumber daya manusia itu bisa dipilah dan diidentifikasi, maka akan diusulkan rekomendasi langkah yang perlu diambil pemerintah untuk melindungi dan melestarikan objek kebudayaan daerah.
Dengan strategi pembangunan kebudayaan yang disiapkan, diharapkan objek kebudayaan yang ada tidak statis, atau kesannya seperti masa lalu yang dinikmati sebagai kenangan atau nostalgia, namun memanfaatkan budaya yang ada untuk membangun peradaban yang beriringan dengan kemajuan zaman.
Dalam hal ini, objek kebudayaan yang ada di daerah bisa diisi dengan nilai-nilai baru, dikreasikan, diberi inovasi dan dimodifikasi agar selain bisa dilestarikan, juga bisa memberikan nilai tambah pada pembangunan perekonomian masyarakat.
“Kami sedang menyiapkan sebuah strategi agar kebudayaan yang ada di Bangka Barat bisa dimanfaatkan menjadi bahan baku bagi produk pariwisata, industri kreatif, UMKM, dan sektor lainnya, sehingga objek pemajuan kebudayaan dan cagar budaya yang ada di Bangka Barat benar-benar memiliki dampak signifikan terhadap gerak pembangunan daerah dan masyarakat,” katanya pula.
Sebagai contoh produk budaya yang ada di pasar global saat ini, produk mi instan aneka rasa nusantara seperti soto lamongan, rendang, soto banjar, rawon dan lainnya. Ke depan perlu didorong agar kekayaan budaya yang ada di Bangka Barat juga mampu bersaing di pasar nasional dan internasional, misalnya produk sambal belacan, sambal rusip, pantiauw ubi, dan kuliner lainnya.
“Untuk menuju ke arah sana, kita perlu segera siapkan sumber daya manusia dan teknologi pendukung agar berbagai objek kebudayaan lokal ini bisa bersaing di kancah yang lebih luas,” katanya lagi.