Belijong Culture Festival Perpaduan Budaya Melayu.Tiong Hoa, dan Suku Mapur

BELINYU, BABEL REVIEW -- Suasana meriah menyelimuti acara Belijong Culture Festival yang digelar di Kota Belinyu, Kabupaten Bangka pada 24 - 25 Agustus 2018. Perpaduan budaya Melayu-Tionghoa, dan Suku Adat Mapur (orang lom) mewarnai kegiatan yang juga ditetapkan sebagai kalender event top Provinsi Bangka Belitung.
Event yang juga dilakukan dalam rangka Sembahyang Rebut ini pun cukup menyita perhatian masyarakat maupun wisatawan sehingga punya daya tarik tersendiri untuk mengangkat budaya sekaligus pariwisata di Kota Belinyu.
Acara ini juga diselingi dengan tarian khas Bangka yang menghibur dan usai kegiatan dilakukan acara nganggung di Kelenteng Fuk Tet Che untuk para tamu undangan Yusak, Panitia Belijong Culture Festival saat ditemui Babel Review mengatakan, kegiatan Belijong Culture Festival membuat semua yang ada berkumpul menjadi satu baik budaya Melayu maupun Tionghoa.
Dengan kata lain, festival tersebut menyatukan kebudayaan di Kota Belinyu untuk membangun Kota Belinyu sebagai kota budaya dan pariwisata. “Hal ini tentunya menjadi kebanggaan baru bagi budaya pariwisata belinyu untuk bisa bangkit menjadi destinasi wisata di Bangka Belitung,” terang Yusak.
Ia mengaku sebagai panitia kegiatan festival tersebut merasa bangga dan bahagia karena festival ini juga ditetapkan sebagai kalender top event provinsi Bangka Belitung, sehingga akan dirutinkan setiap tahunnya. Untuk itu, Yusak berharap agar acara festival ini akan tetap terjaga dengan terus melakukan peningkatan mutu acara sehingga dapat memajukan pariwisata di daerah ini.
“Dampaknya kalau festival ini bagus mutunya, maka tentu akan memberi daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk datang ke Bangka,” ungkapnya. Ia menambahkan, Kota Belinyu terpilih untuk kegiatan festival ini karena adanya Budaya Melayu, Suku Adat Mapur, dan Tionghoa, selain juga kelenteng di kota ini punya nilai historis dengan berkembangnya pemukiman masyarakat di sekitarnya.
Juga karena alam dan kuliner Belinyu sangat menunjang acara tersebut di daerah ini, seperti otak-otak belinyu dan kwetiaw kuah ikannya yang terkenal serta pantai, sunset, dan banyak pulau-pulau di daerah ini. Yusak menjelaskan, dalam Belijong Culture Festival ini juga dilakukan kirab pendukung pakkung dan phakpho yang pada kelenteng tersebut ada satu sosok dewa yang menempati Kelenteng Fuk Tet Che dan dipercaya masyarakat sekitar sebagai tokoh religius sekaligus tokoh pusat peribadatan.
Ia mengatakan, kirab Sembahyang Rebut merupakan tradisi dengan membuat suatu bentuk naga, ayam, burung merak, dan susunan buahbuahan dengan mengelilingi Kota Belinyu. Juga dilakukan kirab 10 neraka. (BBR)