Cegah DBD Jadi KLB, Pemkab Bangka Selatan Gencarkan Satu Rumah Satu Jumantik

BABELREVIEW.CO.ID – Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung meminta kepada seluruh masyarakat untuk mengaktifkan kegiatan Juru Pemantau Jentik ( Jumantik ) mandiri.

Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi munculnya kasus Demam Berdarah Dengue ( DBD ) mengingat kasus di sejumlah wilayah tinggi. Bahkan periode Januari sampai 25 Februari 2024 kasus DBD mencapai 78 orang dengan satu kasus meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Bangka Selatan, dr Agus Pranawa berujar kegiatan Jumantik mandiri seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) tidak hanya dilakukan untuk mencegah DBD. Akan tetapi juga supaya warga lebih peka terhadap kebersihan lingkungan rumahnya.

Warga diminta lebih aktif dan tidak hanya mengandalkan kinerja tim Jumantik kelurahan. Paling tidak warga selalu mengecek tempat penyimpanan air dan menggalakkan program 3M+ yaitu menguras, menutup, mengubur dan memakai losion.

“Karena PSN masih menjadi cara efektif dalam mengantisipasi kasus DBD terus meningkat,” ujar dia, Senin (26/2/2024).

Agus Pranawa mengatakan upaya efektif untuk memberantas dan mencegah penyebaran DBD adalah menetapkan satu rumah satu Jumantik.

Jumantik bertugas memantau jentik nyamuk yang ada di sekeliling tempat tinggal. Terutama di tempat-tempat yang biasa menjadi sarang nyamuk seperti di bak mandi karena jarang dikuras, genangan air di sampah kaleng atau plastik kemasan air minum. Sarang nyamuk tersebut hendaknya diberantas dengan segera agar tidak menimbulkan DBD.

Pihaknya juga melalui puskesmas telah menggandeng pelajar untuk menjadi Jumantik di rumahnya masing-masing. Tugas Jumantik lainnya adalah melakukan 3M+ dan PSN. Plusnya, menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk hingga menanam tanaman pengusir nyamuk.

“Karena dengan satu rumah satu Jumantik ini akan berjalan lebih bagus. Khususnya untuk penanganan ataupun pencegahan demam berdarah,” papar Agus Pranawa.

Lebih jauh, penyuluhan kader Jumantik mandiri tidak hanya diberikan bagi masyarakat saja namun juga di sekolah. Semua dilakukan adalah untuk mengkampanyekan kepedulian terhadap kebersihan lingkungan. Sekaligus memahami langkah-langkah yang tepat mencegah sekaligus memerangi berkembangnya nyamuk demam berdarah.

Mereka juga diharapkan menjadi Agent of Change untuk mengubah perilaku keluarga hingga masyarakat di sekitarnya. Apapun bisa dilakukan masyarakat untuk membunuh nyamuk dan mematikan lingkungannya, untuk memutus mata rantai hidup jentik nyamuk DBD. Mereka nantinya bertindak sebagai agen perubahan dalam perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Jadi, ada pelopor untuk mencontohkan dan mengingatkan upaya-upaya pencegahan DBD,” ucapnya.

Kata Agus Pranawa, Jumantik juga berperan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan masyarakat menghadapi DBD. Seperti diketahui bahwa vektor penular penyakit DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti senang berkembang biak di genangan air yang bersih di sekitar lingkungan warga.

Tentunya hal ini memerlukan kerjasama dengan masyarakat yang tinggal di tingkat kelurahan dan desa.

“Kita juga mengedukasi masyarakat dalam melakukan fogging (Pengasapan-Red). Fogging masih menjadi pilihan masyarakat untuk mencegah demam berdarah. Padahal fogging tidak akan terlalu efektif, dampaknya hanya sesaat, terkadang bisa merugikan kesehatan manusia, juga bisa mencemari lingkungan dan membuat nyamuk semakin kebal,” sebut Agus Pranawa.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *