Jangan Lupa 29 November Ini Bedincak Menjemput MURI, Ini Cerita Perjalanan Bedincak

PANGKALPINANG, BABEL REVIEW.CO.ID – Sejak diiniasi oleh Kapolda Bangka Belitung Brigjen Pol Istiono dan dirancang oleh Sukma Wijaya, Senam Bedincak terus diperkenalkan ke semua masyarakat di Bangka Belitung. Mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, mulai dari instansi pemerintah, perusahaan, BUMN, swasta hingga masyarakat umum banyak yang tahu dengan senam kreasi tersebut. Iringan musik khas melayu dan syair lagunya pun semakin akrab di telinga masyarakat.
Hampir setiap akhir pekan atau pada saat berbagai acara, di lapangan atau di dalam ruangan, Senam Bedincak seakan menjadi hiburan wajib yang dibawakan dengan kegembiraan. Disetiap event nasional yang digelar di Bangka Belitung selalu dihiasi dengan Senam Bedincak yang semakin hari kian popular. Bahkan Senam Bedincak mulai diperkenalkan ke beberapa kota di Indonesia, tujuannya tidak lain agar Senam Bedincak bisa dikenal luas masyarakat Indonesia.
Sukma Wijaya, seniman Bangka Belitung yang memprakarsai sekaligus perancang koreografi Senam Bedincak kepada Babel Review menceritakan bagaimana awal mula Senam Bedincak. Sukma menceritakan, saat Polda Babel ingin mengirim tim untuk Senam Mumere ke Jakarta, ia menjadi juri tingkat Bahayangkari pada Agustus 2019 lalu. Disana ia banyak berbincang dengan istri Kapolda Babel atau Ibu Asuh Polwan Ny Sinta Istiono. Dalam perbincangan tersebut ia menyampaikan bahwa Bangka Belitung juga memiliki gerakan tari yang bisa dibuatkan senam, seperti Senam Maumere dan Poco-poco yang sudah popular terlebih dahulu.
“Namanya gerakan bedincak. Terus Bu Sinta tanya yang seperti apa karena saat (Brigjen Pol Istiono) menjabat Wakapolda Babel belum pernah tahu. Terus saya praktekan di depan beliau, dia tertarik dan coba untuk dikembangkan,” ungkap Sukma.
Esok hari Sukma kembali dipanggil oleh Ny Sinta Istiono yang sebelumnya sudah membicarakan Senam Bedincak dengan Kapolda Babel Brigjen Pol Istiono. Dari sana, Sukma diminta oleh Kapolda Babel dan Ny Sinta Istiono untuk membuat gerakan Senam Bedincak yang mengadaptasi gerakan Tari Bedincak Dambus khas Bangka Belitung dikolabirasikan dengan gerakan senam, sehingga menjadi Senam Bedincak.
“Waktunya hanya dua hari bikin gerakan itu. Saya juga ajak teman instruktur senam namanya Rian karena dia yang lebih paham soal senam. Saya ajak kita gabungkan maka dua hari kemudian saya latih ke Polda. Instrumennya waktu itu kita masih menggunakan instrument milik Disbudpar Bangka,” katanya.
Dikatakan Sukma, awalnya Senam Bedincak untuk internal Polda Babel. Namun tak disangka respon masyarakat sangat tinggi. Video Senam Bedincak pun dengan cepat tersebar di media sosial. Melihat hal itu, Kapolda melihat bahwa Senam Bedincak merupakan potensi yang baik untuk pemersatu masyarakat yang sempat terkotak-kotak usai pemilu.
“Kita perlu produk untuk menyatukan masyarakat, makanya lalu difokuskan oleh Kapolda untuk disosialisasikan kepada masyarakat luas. Setelah Kapolda turun tangan lalu Gubernur juga ikut. Kemudian pada 18 Agustus 2019 Kapolda dan ibu Kapolda dengarkan lagu bedincak karya Artono penyanyinya orang Kenanga namanya Jo, dia bilang kita pakai lagu ini saja, lalu berubah gerakannya untuk menyesuaikan dengan lagu. Akhirnya kita pakai lagu itu untuk mengiringi Senam Bedincak,” terangnya.
Melihat potensi besar Senam Bedincak, membuat Kapolda dan Gubernur Erzaldi Rosman berencana mempromosikannya ke luar Bangka Belitung hingga ke seluruh nusantara. Tujuannya agar Senam Bedincak semakin dikenal dan menjadi pintu masuk promosi Bangka Belitung. Langkah awalnya adalah dengan melakukan pemecahan Rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) dengan kategori senam budaya kreasi yang diikuti oleh peserta terbanyak se-Indonesia yang sebelumnya dilakukan oleh Provinsi Gorontalo dengan jumlah peserta sebanyak 75 ribu.
“Idenya dari Gubernur dan saya juga sebagai pemrakarsa Rekor MURI ini, karena tujuan Gubernur ingin menasionalisasi Senam Bedincak. Salah satu caranya diawali dengan mencatatkan produk ini di Museum Rekor Indonesia,” ujarnya.
Panitia pemecahan Rekor MURI yakni Pemprov Bangka Belitung dan Polda Bangka Belitung sedang merampungkan persiapan teknis, terutama mempersiapkan video teleconference karena pemecahan Rekor MURI Senam Bedincak akan dilaksanakan di tiap kabupaten/kota dengan pusat kegiatan di provinsi.
“Berdasarkan hasil rapat di Mapolda Babel dengan seluruh pihak terkait maka acara Rekor MURI Senam Bedincak yang sedianya akan dilakukan tanggal 18 November 2019 diundur pelaksanaannya pada 29 November 2019 pukul 07.00 dengan pakaian olahraga atau training. Untuk tempat akan diinfokan lebih lanjut karena di setiap kabupaten/kota akan ada satu titik kumpul untuk memudahkan penghitungan oleh pihak MURI,” jelasnya.
Dalam pemecahan Rekor MURI ini, Sukma yang bertanggung jawab dalam sosialisasi atau koordinator instruktur senam dan koreografer mengatakan bahwa peserta yang terdiri maulai dari PAUD/TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, instansi pemerintah, TNI, Polri, BUMN, karyawan swasta maupun masyarakat umum sudah siap memecahkan Rekor MURI dengan target 100 ribu peserta.
“CD-CD Senam Bedincak sudah disebarkan hingga ke pelosok dan pelajar-pelajar sudah tahu Gerakan senam bedincak. Artinya masyarakat sudah siap untuk mensukseskan ini, 100 ribu peserta itu bisa sebenarnya tinggal persiapan teknisnya oleh panitia Pemprov dan Polda. Yang diminta oleh MURI tidak banyak hanya kesiapan teknis kita saja pakai teknologi video teleconference itu yang sedang dipersiapkan,” katanya.
Disinggung mengenai penggunaan penutup kepala khas Bangka Belitung atau setanjak oleh peserta senam perempuan yang sempat dipermasalahkan oleh satu pihak, Sukma menegaskan bahwa Senam Bedincak bukan tari (pertunjukan tari tradisi) tapi senam dimana para pesertanya menggunakan pakaian olahraga atau training. Adapun peserta perempuan yang menggunakan setanjak dalam senam semestinya tidak dipermasalahkan karena berbeda substansinya jika menggunakan pakaian adat daerah.
“Penutup kepala itu kan substansinya berbeda. Kalau kita pakai pakaian adat memang setanjak tidak boleh dipakaikan kepada perempuan, tapi ini kan olahraga senam budaya jadi mereka bebas berkreasi, tidak masalah asal tetap sopan dan tidak menonjolkan aurat. Kita lihat di Papua itu Senam Poco-poco penutup kepala yang tinggi punya laki-laki itu dipakai juga oleh perempuan, yang sebenarnya tidak boleh jika digunakan bersama pakaian adat mereka karena ada aturannya, tapi karena untuk senam mereka pakai itu dan tidak masalah,” tegasnya.
Untuk pemecahan Rekor MURI Senam Bedincak nanti tidak ada seragam atau pakaian khusus. Namun disarankan kepada masyarakat untuk menggunakan pakaian olahraga atau training. Bila ingin menambahkan tenun cual atau penutup kepala khas daerah juga tidak dipermasalahkan.
Sukma berharap dengan adanya pemecahan Rekor MURI maka Senam Bedincak akan menjadi kebanggaan dan ikon baru Bangka Belitung sebagai media untuk menyatukan masyarakat, tidak hanya Bangka Belitung tapi juga di tingkat nasional bahkan internasional. Ia juga banyak berterima kasih kepada seluruh masyarakat atas apresiasinya sehingga Senam Bedincak bisa terus popular. (IRWAN/BBR)