KOBA, BABELREVIEW.CO.ID – Pasca-penyitaan ratusan miliar rupiah, berlian, jutaan uang dolar Singapura, dan mobil mewah oleh Kejaksaan Agung terkait dugaan korupsi tata niaga komoditas timah, masyarakat di Koba Bangka Tengah menghadapi tantangan ekonomi yang semakin memburuk.
Perekonomian sejumlah keluarga di daerah ini terimbas akibat kesulitan menjual timah yang kini dihargai murah. Salah seorang warga, Rina (36), menyampaikan bahwa suaminya, seorang penambang timah, mengalami kesulitan besar dalam mencari pembeli untuk hasil tambangnya.
“Harga timah turun, dan sekarang sulit sekali menjualnya karena tidak ada yang mau beli,” ungkap Rina pada Rabu (31/1/2024).
Kendala ini membuat banyak keluarga di Koba Bangka Tengah terpaksa menghadapi situasi sulit, harus berhemat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rina mengungkapkan bahwa tidak hanya keluarganya, tetapi sebagian besar warga yang bekerja di sektor tambang timah merasakan dampak kesulitan ekonomi yang sama.
“Kita harus pintar-pintar mengelola keuangan, mengambil dari tabungan, dan semua orang di sektor tambang timah merasakan hal yang sama,” tambah ibu dari dua orang anak ini.
Dampak lesunya pasar timah juga terasa oleh para pedagang di daerah tersebut. Ayu (32), seorang pedagang makanan di Koba Bangka Tengah, mengungkapkan bahwa jumlah pelanggan berkurang drastis.
“Iya sepi sekarang, dulu banyak orang yang beli makanan, terutama sore hari, tapi sejak harga timah turun, keadaannya jadi sulit,” ujar Ayu.
Pemilik warung kelontong, Dani, juga merasakan penurunan aktivitas bisnisnya. “Kalau harga timah turun seperti sekarang, biasanya sepi. Tapi beberapa masih ada yang beli, terutama kebutuhan pokok seperti beras dan gula,” ungkap Dani.
Kesulitan ekonomi ini menjadi isu utama yang diperbincangkan di masyarakat Koba Bangka Tengah, mencerminkan dampak luas dari masalah tata niaga komoditas timah yang masih berlanjut dan memberikan tekanan signifikan pada sektor ekonomi lokal.