Memberantas Kebiasaan Budaya “Dak Kawa Nyusah” Terhadap Perempuan  Milineal di Bangka Belitung Berdasarkan Perspektif Sex and Gender

Admin
Memberantas Kebiasaan Budaya “Dak Kawa Nyusah” Terhadap Perempuan  Milineal di Bangka Belitung Berdasarkan Perspektif Sex and Gender

Penulis Nadila

Mahasiswi Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bangka Belitung

BABELREVIEW.CO.ID -  Berdiskusi mengenai Sex and  Gender di kalangan masyarakat sudah menjadi hal yang bukan lagi tabu, tentunya hubungan ini memiliki banyak sekali keterikatan, baik itu melalui interaksi sesama, profesi yang di jalani, serta keharmonisan yang semestinya bisa diciptakan oleh dua insan manusia yang berbeda. Yakni antara kedua insan baik itu laki-laki maupun perempuan. Karena pada hakikatnya hanyalah sex and gender saja yang selalu menjadi perbedaan diantara keduanya. Mungkin sebagian kita belum mengetahui apa itu Sex, dan apakah itu Gender? Karena secara biologis kita mengetahui bahwa  hakikatnya seorang perempuan itu hanya mengalami masa menstruasi setiap bulan, mengandung, melahirkan, dan menyusui. Dibalik semua itu derajat perempuan dan laki-laki itu sama. Baik itu dari segi Profesi, kepemimpinan, bidang dunia perpolitikan, dunia sosialita, pekerjaan, dan lain sebagainya.

Dalam pandangan mengenai Perspektif Sex and Gender adalah suatu kajian yang digunakan untuk mengungkap dan memahami terjadinya ketimpangan sosial yang disebabkan oleh aspek gender. Esensi perspektif sex and gender adalah berusaha mengunngkapkan pengalaman laki-laki dan perempuan dan relasi gender sesuai dengan isu sentral yang perlu mendapatkan perhatian. Secara khususnya perspektif ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih mendalam untuk memahami gejala dan penyebab ketimpangan gender, serta mengembangkan alternatif bagi pemecah masalah tersebut. Kajian gender mengangkat masalaah peran dan partisipasi laki-laki dan perempuan dalam berbagai sektor pembangunan sebagai isu pokok dallam usaha meningkatkan kesejahteraan dan status laki-laki daan perempuan sebagai mitra yang sejajar. Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi antara lain disebabkan oleh fitrah manusia sebagai makhluk yang ingin tahu, mencari dan berpihak kepada kebenaran. Disamping itu, manusia juga memiliki sifat hanif (akal budi) yaitu keinginan yang tidak terbatas untuk menggapai yang terbaik dalam kehidupannya (Suprayogo & Tobroni, 2003, p. 3). Itulah kelebihan manusia dari makhluk lainnya di dunia ini.

Yang menjadi topik pembahasan opini atau pemikiran saya kali ini terkait hal demikian  perlu sekali untuk kita tinjau secara khusus perkembangan sikap secara realitas   kaum perempuan di era milineal dengan budaya yang melekat erat di teliga kita sehari-hari yang acapkali ucapan ini selalu di lontarkan oleh masyaarakat Bangka Belitung dengan istilah “Dak Kawa Nyusah”. Seringkali kita mendengar bahwa perempuan itu lemah dan hanyalah sebagai pemuas nafsu birahi laki-laki saja, setinggi-tinggi nya pendidikan perempuan akan pergi dan bekerja di Dapur juga. Mungkin pemikiran dan logika demikian di era milineal saat ini sudah berbeda sekali, yang dimana kewajiban dan pekerjaan rumah bukanlah hanya tanggung jawab perempuan saja, namun ini juga berkonrtibusi pada laki-laki. Karena mengurus pekerjaan rumah sejatinya bukanlah jadi suatu tanggung jawab perempuan, namun juga tanggung jawab laki-laki. Dalam hal inilah kita mesti menyadari bahwa pekerjaan rumah itu adalah tanggung jawa kita bersama. Acapkali permasalahan ini selalu terjadi di rumah tangga di karenakan adanya kesalahpahaman akan tugas dan kewajiban yang semestinya dilakukan bersama-sama.

Dinamika budaya “Dak Kawa Nyusah” tentunya sudah mejadi budaya yang tidak asing lagi bahkan dengan mudah untuk menggeser karakter masyarakat di Bangka Belitung karena karakter tersebut sudah terbentuk sejak sekian abad lalu dan itu telah menjadi ketahanan budaya masyarakatnya. Termasuk dalam hal ini bagi perempuan-perempuan di era milineal saat ini mestinya harus punya semangat untuk menjalani kehidupan nya jangan hanya bergantung pada laki-laki saja sebagai kepala keluarga, sama halnya juga dengan seorang anak perempuan jangan mau di anggap sebagai sampah keluarga saja. Mestinya kita harus bangkit dari anggapan orang tua yang selalu menyebutkan bahwa anak perempuan itu lemah dan tidak pantas untuk bekerja di luar rumah. Nah hal inilah yang menyudutkan perempuan semakin lemah tidak berdaya karena sikap malas yang sudah ditanam oleh diri sendiri dengan selalu mengucapkan kata “Dak Kawa Nyusah”.

Sehingga hal inilah yang nantinya akan memicu timbulnya problema tindak kekerasan di keluarga, dan akan berakhir pada kekerasan fisik serta perceraian di meja hijau. Sebagai perempuan sejatinya kita janganlah lemah apalagi diberdayakan oleh keadaan yang ada, mestinya kita harus punya nyali dan semangat untuk memperbaiki keadaan yang dimana perempuan disisi lain selalu merasa tertindas atas sikap yang semena-mena dilakukan oleh kaum laki-laki. Dalam kaitan ini kita harus membuktikan kepada mereka bahwa kita ini perempuan hebat, tangguh, dan berwibawa.

Sudah saatnya untuk kita berpikir menggunakan naluri logika yang lebih kritis lagi, menyikapi seorang perempuan harus bisa untuk melakukan segala hal diberbagai bidang yang serba bisa baik itu di dalam rumah maupun diluar rumah. Mestinya kita memiliki kesadaran kolektif di dalam realita sosial masyaraakat saat ini. Karena kita perlu semangat yang luar biasa untuk membangun kembali emansipasi wanita. Mungkin kita perlahan menyadari bahwa keperluan perempuan itu lebih besar daripada keperluan laki-laki. Tidak dapat di pungkiri bahwa sejatinya Perempuan  butuh Skincare, Fashionable, dunia Socialita, and life sustainable development. Karena inilah realita  sesungguhnya yang seringkali kita jumpai dalam fenomena sosial kalangan kaum perempuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sangat jelas sekali, dari sini kita mulai berpikir kritis bagaimana cara kita untuk memberantas budayaa “Dak Kawa Nyusah” perempuan milineal Bangka Belitung ini untuk bangkit kembali agar bisa menjadi perempuan yang rajin, tidak lagi bermalas-malasan,  serta mampu membangun mindset kedepan nya agar kita bisa menjadi perempuan yang mampu mencari cuan, bahkan bersaing di dunia kerja saat ini sebagai pejuang rupiah bagi kehidupan kita sendiri dan keluarga kita, sehingga kita tidakah sebagai sampah keluarga dan juga sampah masyarakat. Sejatinya melalui semangat, motivai, dan inspirasi yang bisa diberikan oleh para motivator, inspirator perempuan yang hebat melalui sosialisasi kepada perempuan-perempuan milineal di Bangka Belitung.

Pepatah pernah mengatakan bahwa: “Generasi masa depan yang cerdas, berasal dari wanita yang hebat sehingga bisa membuahkan keturunan-keturunan yang cerdas bagi negeri nya sendiri di masa yang akan datang”

Demikian jadilah generasi perempuan-perempuan milineal Bangka Belitung yang hebat, berkarir, jaya, dan juga berkreativitas bagi seluruh penjuru  negeri serumpun sebalai yang kita cintai.

Everything that can be done both at home and outside the house. Because you Really  are a great women.