Menjawab Tantangan UMKM dengan Digitalisasi

PANGKALPINANG, BABELREVIEW.CO.ID – Digitalisasi saat ini sedang menjadi pembicaraan dikalangan umkm. Untuk bertahan dan bahkan jika mau melakukan ekspansi saat ini umkm bukan hanya memerlukan momentum saja tapi juga kreativitas dan teknologi digital. Pemanfaatan teknologi digital yang sekarang ini berkembang pesat. Salah satunya dengan adanya integrasi pesan antar online bahkan platform e-commerce. Kebijakan ini mengubah kebiasaan konsumen dari konvensional menjadi online.

Digitalisasi mutlak dilakukan, melalui platform-platform yang saat ini banyak ditawarkan. Dan tidak hanya pasar lokal tetapi juga merambah ke pasar global. Strategi yang juga harus diambil agar usaha UMKM berhasil adalah pemetaan pasar. Dengan memetakan pasar, umkm dapat mengambil peluang untuk membuat produk sesuai dengan target pasar bahkan tujuan dan kebutuhan yang diinginkan oleh pasar. Dan ini terlihat pada keadaan pelaku umkm kita sekarang yang cenderung telat upgrade mengikuti perkembangan zaman. Saat ini keadaan umkm kita sudah banyak yang upgrade salah satunya toko kelontong yang sudah menggunakan pembayaran melalui QRIS. Hasilnya banyak generasi milenial dan Gen Z yang merasa dimudahkan dalam berbelanja kebutuhan sehari hari maupun bulanan dengan menggunakan pembayaran melalui QRIS. Saat ini toko kelontong pun mampu berdaya saing dengan toko franchise yang memberikan kemudahan dalam pembayaran yang dipengaruhi oleh keadaan pola berpikir gen Z dan milenial untuk melakukan kegiatan secara instan.

Sehingga itu berdampak pada ekonomi kita yang berada di daerah. Permasalahan digitalisasi lebih terasa Ketika berada di daerah yang jauh dari kota. Selain masih banyaknya para orang tua yang belum menggunakan system pembayaran digital, para orang tua juga belum terliterasi digital secara baik sehingga update tentang digitalisasi cenderung lambat. Disisi lain digitalisasi dengan menggunakan e commerce juga masih sedikit dilakukan oleh UMKM kita. Persentasi e-commerce dan non e-commerce dibangka Belitung 30.13% dan 69.87% masih berada di bawah rata rata nasional sebesar 37.79% dan 62.21% Survey E Commerce 2023 oleh BPS Babel. Bahkan dalam aplikasi pesan antar online, produk produk umkm lokal masih dapat terhitung untuk memamerkan produknya dan berjualan di market online. Itu sebabnya peran stakeholder sangat penting untuk menaikkan kelas para UMKM yang ada di daerah supaya tidak ketinggalan dalam hal mampu berdaya saing digital.

Dian junita ,SE
Rifky firdaus hidayatullah S.E

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *