Pantai Tikus dan Legenda San Lo Chu


BANGKA, BABEL REVIEW -- Pantai Tikus, pantai indah nan tersembunyi itu berlokasi di Desa Rebo, Kelurahan Kenangan, Sungailiat, Bangka. Di Pantai Tikus, deretan batu granit berukuran besar berada di sekitar pantai. Air laut yang jernih kebiruan serta alam sekitar yang masih hijau menjadi penanda lokasi ini masih alami.
Dari bibir pantai, sebuah bangunan mirip pagoda tampak jelas terlihat. Puri Tri Agung, begitu bangunan itu dinamakan. Susunan tebing batu menawan menjadi pelengkap keindahan alam Pantai Tikus. Bersebelahan dengan Pantai Tikus, terdapat Pantai Tikus Emas yang hingga saat ini terus berbenah.
Wasis Pujo Pranoto selaku pengelola Pantai Tikus Emas menceritakan bentuk pantai ini sebelumnya berantakan akibat dijarah dan ditinggalkan begitu saja oleh penambang ilegal. Sebelumnya, dipantai ini tumpukan buangan pasir tambang membentuk tebing setinggi lima meter.
Belum lagi lubang-lubang di pinggir laut menambah lokasi ini tak karuan. Selama tujuh bulan Pujo mulai membenahi lokasi ini menggunakan dua eskavator. “Saya dulu yang benahin lokasi ini, mulai dari atas kami buat jalan masuk menggunakan alat berat.
Proses awalnya tiga bulan, tapi posisi pasir dari atas sampai ke pantai masih miring jadi kalau hujan air dari atas deras. Lalu kami bentuk lagi. Saya buat gambar kasarnya, lalu kami tata lagi. Totalnya tujuh bulan sampai bentuknya seperti ini,” ceritanya. Menurut Pujo, sepengetahuan dirinya yang mendengar cerita dari warga setempat, nama Pantai Tikus berasal dari nama sesepuh setempat yang diberi julukan San Lo Chu yang berarti "tikus hutan".
Menurut cerita diberi julukan tersebut karena beliau terkenal cepat saat melewati semak belukar di dalam hutan. Makam San Lo Chu juga berada tidak jauh dari area pantai. “Kalau Pantai Tikus kan sudah ada, jadi kami tambahkan nama Emas. Patung tikus emas juga sengaja kami buat menghadap ke arah makam San Lo Chu karena permintaan sesepuh di sini,” ceritanya.
Pujo mengaku usahanya membangun tapak wisata baru tidak sia-sia. Ini terbukti dari jumlah pengunjung yang terus meningkat setiap harinya. Kini pengunjung dikenakan tarif masuk Rp 5000 per orang tidak termasuk anak-anak. “Kalau hari biasa jumlah pengunjung ratusan, kalau akhir pekan bisa mencapai ribuan. Parkir saja sampai ke atas.
Bahkan saat proyek pembangunan kawasan wisata ini belum selesai sudah banyak pengunjung, padahal kami tidak pernah melakukan promosi,” akunya. Pujo mengatakan area pantai memiliki luas tiga hektar, namun secara keseluruhan kawasan wisata Pantai Tikus Emas menempati lahan seluas delapan hektar.
Di kawasan ini juga pengelola akan terus memberikan pelayanan yang terbaik bagi pengunjung dengan berusaha mempercantik dan mengembangkan fasilitas dan sarana terutama dalam hal kebersihan. ”Kami berharap pengunjung mau membuang sampah di tempat yang telah kami sediakan di seluruh area.
Kami juga berharap pihak pemerintah daerah untuk membantu promosi karena kalau pariwisata ini maju, pemerintah juga yang mendapat kontribusinya,” harap Pujo. Versi lain dari cerita tentang Pantai Tikus adalah banyaknya jalan setapak atau jalan tikus yang menjadi muasal nama pantai ini. Menurut sejarah, dulu pantai ini digunakan para penambang timah gelap untuk kemudian membawa timah hasil tambangnya ke bagian tepi pantai. Jadilah nama Pantai Tikus itu melegenda hingga kini. (BBR)