Rebo, Desa yang Diapit Dua Bukit Legenda

REBO, BABELREVIEW.CO.ID - Desa Rebo, yang pertama kali mendengar kata rebo yaitu nama hari, yaitu Rabu. Tapi ternyata nama Desa Rebo tidak ada kaitanya dengan hari Rabu. Menurut tokoh masyarakat setempat, dinamakan Desa Rebo berawal dari banyaknya pohon kelapa pada masa lalu di desa tersebut. Karena itulah banyak orang Tionghoa menyebut daerah ini 'kelabo' yang berarti kelapa. Namun karena pengucapan kata kelabo cukup sulit bagi warga Melayu, maka pengucapanya pun berubah dari kelabo menjadi rebo.
Seiring waktu, wilayah ini lebih dikenal dengan nama Desa Rebo. Desa Rebo memiliki luas 2,786 hektar dan penduduk 4.050 jiwa. Umumnya masyrakat desa memiliki mata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Komoditi agraria yakni kelapa, coklat, lada, dan kelapa sawit. Usaha kecil atau industri rumahan, yakni kerupuk, kemplang, keripik, dan makanan ringan lainya.
Desa Rebo memiliki potensi wisata yang besar. Di sebelah timur, terdapat pantai yang memiliki hamparan pasir putih. Walaupun pernah di rambah oleh tambang ilegal, pantai ini sudah mulai berbenah dan tertata. Kawasan Pantai Rebo juga menjadi spot foto favorit fotografer karena di kawasan pantai terdapat pohon pinus yang berbaris indah. Selain Pantai Rebo, desa ini juga memiliki beberapa pantai, yakni Pantai Tikus, Pantai Mang Kalok dan Pantai Takari.
Di perbukitan, ada Pagoda Nusantara yang terdapat di puncak Bukit Rebo. Puri Tri Agung juga masuk wilayah Desa Rebo. Karena keindahannya,
Puri Tri Agung sering dikunjungi wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Ketika memasuki Desa Rebo di penghujung Februari 2018, nuansa perayaan Imlek masih sangat terasa. Ini terlihat dari berbagai ornamen yang masih mempercantik jalan-jalan desa, seperti lampion, umbul-umbul, serta ucapan tahun baru imlek masih tertata baik. Setiap tahunya, Desa Rebo selalu merayakan Tahun baru Imlek dengan meriah. Tahun ini misalnya, pemuda desa setempat dan masyarakat menggelar Festival Imlek.
Festival tersebut dimeriahkan barongsai, liong dan tanjidor. Acara tahunan ini juga sukses menyedot wisatawan yang akhirnya membuat Desa Rebo terkenal. Tidak hanya Festival IMlek, Desa Rebo juga memiliki acara yang tidak kalah meriah yang perlu kita kunjungi sebagai agenda pariwisata, seperti perayaan Maulid Nabi di Dusun Tanjung Ratu, ulang tahun Kelenteng Jaya Bakti Rebo pada Ngi Ngiat Cho Ngi dan Sembahyang Rebut.
Legenda Dua Bukit
Desa Rebo memiliki jalan utama yakni jalan Pattimura. Jalan tersebut juga sekaligus memisahkan dua bukit yang seolah mengapit desa. Bukit Rebo berada di sebelah timur dan Bukit Ubi berada di sebelah barat. Menurut kisah, kedua bukit tersebut memiliki legenda yang sampai saat ini dilesatarikan turun-termurun.
Seperti yang dikisahkan Fendy selaku Kepala Desa Rebo, di puncak tertinggi Bukit Rebo terdapat dua mata air yang keluar pada zaman penjajahan jepang. mata air itu ditemukan oleh pemuda asal Flores yang meneliti bukit tersebut. "Terbukti walaupun sekering apapun, mata air itu tetap mengeluarkan air," kisah Fendy.
Tokoh masyarakat setempat Nam Kwet kepada penulis juga mengisahkan legenda Bukit Ubi yang disebutnya sebagai gerbang Desa Rebo. "Kalau secara supra natural, Bukit Ubi itu gerbangnya desa, disana ada pasar yang ramai sekali tapi tak kasat mata. Bukit itu juga yang dipercaya menjaga desa ini tetap aman," jelas Nam Kwet.
Nam Kwet menambahkan, kisah yang masih ada diingantnya yaitu legenda tiga gua yang ada di bukit Ubi. Dituturkanya, pernah ada yang menemukan tiga gua tersebut. Gua pertama tembus hingga Pantai Rebo, gua kedua tembus hingga Bukit Rebo dan gua ketiga hingga Pantai Matras. "Orang yang temukan gua itu memang punya kelebihan dan sampai sekarang masih ada (hidup)," kisahnya.
Legenda dua bukit itu memang tidak sepopuler kisah lain, namun legenda tersebut akan terus dikisahkan kepada generasi Desa Rebo. (BBR)