Setia Bertani Di tengah Harga yang Fluktuatif

Admin
Setia Bertani Di tengah Harga yang Fluktuatif
Foto :Ist

BANGKA, BABEL REVIEW- Desa Balunijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka dikenal sebagai salah satu daerah sentra sayuran terbesar di wilayah Bangka. Tidak sedikit masyarakat di desa ini menggantungkan hidup sebagai petani sayuran. Aktivitas bercocok tanam mereka jalani dengan setia selama belasan bahkan puluhan tahun.

 Di tengah gempuran fluktuasi harga sayuran yang seringkali tidak menentu, para petani ini tetap setia setiap hari bergulat dengan tanah dan cangkul demi memenuhi kebutuhan sayur mayur masyarakat Bangka Belitung.

Ridwan (43), salah seorang penduduk Desa Balunijuk telah setia selama 16 tahun terakhir menekuni berprofesi sebagai petani sayur.  Berbekal lahan  1/2 ha, berbagai jenis sayuran daun ia ta nami antara lain sawi putih, selada, kema ngi, kangkung, bayam dan pakcoy.

Ridwan mengaku sayuran tersebut ditanam menggunakan sistem pergiliran, dimana tidak semua jenis tanaman dapet dipanen dalam waktu  bersamaan. Menurut Ridwan kegiatan pemanenan ia lakukan pada saat siang hari, karena sore adalah waktu bagi tengkulak mengambil hasil panennya untuk dijual. Sekali panen Ridwan mampu menghasilkan sekitar 50 kg untuk setiap jenis sayuran.

Sayur-sayuran tersebut selanjutnya dipasarkan di sekitaran wilayah Balunijuk, Pagarawan, Pangkalpinang dan Sungailiat. “Dalam budidaya sayuran ini kendala yang dihadapi selain cuaca adalah hama. Sayuran kerap digerogoti serangga, menyebabkan kualitas sayuran sedikit lebih rendah.

Hal itu juga berpengaruh terhadap nilai jual sayur itu sendiri,” ujar Ridwan Dari bertanam sayur-sayuran ini Ridwan mengatakan pendapatan yang diperoleh nya berkisar antara 2 juta - 3 juta rupiah per bulan tergantung dari harga sayuran yang, menurut Ridwan, kerap kali fluktuatif.

Fluktuasi harga yang kadang tidak bersahabat ini juga dialami oleh petani sayuran lainnya  yakni Wiran. Petani sayur berusia 52 tahun ini mengungkapkan saat ini harga beberapa jenis sayuran di wilayah Bangka Belitung mengalami lonjakan cukup signifikan. “Sekitar tiga bulan lalu harga sayuran terjun bebas hingga berkisar hanya 5 ribu rupiah per kilogram.

Saat ini sawi dijual sekitar 15ribu rupiah per kilo, dan bayam dibandrol 18 ribu per kilo,” kata Wiran. Selama 10 tahun menggeluti dunia sayuran membuat Wiran sangat memahami situasi yang harus dihadapinya. Namun demikian Wiran mengaku tetap konsisten pada profesi yang dipilihnya ini. Dalam bercocok tanam Wiran tak pernah berhenti belajar.

Ia sering berdiskusi dan bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan beberapa penyuluh pertanian  untuk mendapatkan ilmu bertani yang baik. “Prospek bertani sayuran tidak bisa dikatakan cerah, tapi juga tidak selamanya redup. Untung rugi akan selalu ada.

Apalagi kami sebagai petani yang terkadang masih sulit menangani kendala di lapangan, tentunya akan berpengaruh pada kualitas dan harga. Upah sebagai petani tidaklah banyak, namun profesi ini menjadi keistimewaan tersendiri dalam hidup saya, “ ujar bapak satu anak tersebut.

Wiran yakin dengan meningkatkan produktivitas dan kualitas sayuran maka hasil panennya akan terus dicari oleh konsumen. Baik Ridwan dan Wiran sama-sama berharap agar para stakeholder terkait dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan skill para petani di wilayah ini supaya lebih produktif hingga mampu meningkatkan produksi sayuran yang berkualitas. (BBR)