BELITUNG, BABELREVIEW.CO.ID – Program Kemitraan Masyarakat yang didanai oleh KEMENDIKBUD RISTEK DIKTI berhasil menghadirkan produk inovatif berupa sabun organik berbahan baku mangrove. Produk ini merupakan hasil kolaborasi dosen Ilmu Kelautan dan Kimia dari Universitas Bangka Belitung (UBB) yang bertujuan untuk mengembangkan potensi sumber daya lokal di Kecamatan Selat Nasik. Inisiatif ini bertujuan untuk menyediakan alternatif produk kecantikan dan kesehatan yang ramah lingkungan, mengingat dampak jangka panjang penggunaan bahan kimia dalam produk sehari-hari.
Kegiatan pelatihan pembuatan sabun organik mangrove ini dilaksanakan pada 5-6 Oktober 2024, diikuti oleh kelompok mitra utama, yaitu Kelompok Langir, yang terdiri dari masyarakat lokal yang berperan menjaga kelestarian laut dan mangrove. Program ini juga melibatkan berbagai peserta lainnya, termasuk pelaku UMKM dari Desa Petaling, siswa SMK Perikanan Selat Nasik, ibu rumah tangga dari Desa Selat Nasik, serta Kelompok Eco-print Pengembangan Batik Mangrove dari Soak Goal. Pelatihan menghadirkan narasumber pelaku industri rumah tangga, Bapak Sepri, yang berbagi pengetahuan tentang produksi sabun berbahan alami.
“Program ini diharapkan dapat menjadi alternatif pendapatan tambahan bagi masyarakat lokal di desa wisata Pulau Belitung, terutama di Pulau Mendanau yang memiliki potensi mangrove yang besar,” ujar Irma Akhrianti, S.Pi., M.Si., ketua program pengabdian dari UBB.
Menurutnya, diversifikasi produk berbahan mangrove seperti sabun mandi, sabun cuci piring, detergen, dan sampo tidak hanya mampu meningkatkan nilai ekonomi lokal, tetapi juga mengurangi ketergantungan terhadap produk kimiawi yang bisa berbahaya bagi kesehatan.
Pulau Mendanau, yang terdiri dari tiga desa yakni Desa Selat Nasik, Desa Suak Goal, dan Desa Petaling, memiliki potensi sumber daya mangrove yang melimpah. Selama ini, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Melalui program ini, UBB ingin meningkatkan pemanfaatan mangrove secara berkelanjutan. “Dengan metode ekstraksi seperti maserasi dan sokletasi, kami berhasil menghasilkan produk berkualitas dari bahan baku alami mangrove,” tambah Irma.
Ja’far, Ketua Kelompok Langir menyampaikan bahwa antusiasme warga sangat tinggi. “Kami sangat berterima kasih atas pelatihan ini. Kami merasa bersemangat untuk mengembangkan usaha kecil berbasis sabun organik yang tidak hanya menjaga kesehatan kulit, tetapi juga ramah lingkungan dan mudah diterima masyarakat,” ujarnya.
Ia juga menegaskan pentingnya keberlanjutan sumber daya mangrove yang selama ini mereka jaga dari ancaman konversi lahan dan illegal logging.
Program ini melibatkan tim dosen pengabdian yang beranggotakan Mu’alimah Hudatwi, S.Kel., M.Sc., dan Nurhadini, S.Si., M.Si., dengan tujuan untuk memberikan pendampingan intensif kepada kelompok mitra. Mereka berharap pelatihan ini dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan yang berkesinambungan, sehingga usaha sabun organik dapat berkembang lebih lanjut, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga berpotensi menjadi oleh-oleh khas yang menarik bagi wisatawan.
Dengan adanya produk inovatif ini, UBB berharap mampu mendorong masyarakat untuk lebih peduli pada kelestarian lingkungan dan meningkatkan potensi ekonomi lokal.
“Transfer ilmu ini kami harapkan menjadi langkah awal untuk memajukan ekonomi desa sekaligus melestarikan kekayaan alam Belitung,” tutup Irma